Minggu, 24 September 2017

Perjalanan Panjang Toyota Kijang Innova Di Indonesia (Part-I)


www.toyotautama.com
Kijang Toyota
Dulu, Toyota Kijang dilahirkan dalam rangka mempercepat proses industrialisasi Indonesia. Kijang menjadi mobil pertama yang diproduksi Toyota di Indonesia. Dan kini, empat puluh tahun sudah usianya. Sejak pertama sampai saat ini, sudah lebih dari 1,7 juta unit Kijang terjual. Angka penjualan tertinggi di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV).

Toyota Kijang membuka peluang terbentuknya pasar MPV. Dalam perjalanannya, Kijang juga yang membesarkan ceruk pasar terbesar itu di industri otomotif nasional. Pasar otomotif yang sangat dinamis, mampu dihadapi Kijang. Konsep pengembangan yang selalu mengacu pada kebutuhan masyarakat, membuatnya menjadi market leader dari masa ke masa. Bahkan sejak 1970-an hingga kini, Kijang terus bertahan hingga mendapat predikat sebagai legenda hidup pasar mobil Indonesia.
Kontribusi dan eksistensi Kijang, juga tak sekadar menjadi pemenuh kebutuhan moda transportasi. Ia juga menjadi salah satu penyumbang terbesar total ekspor kendaraan ke luar negeri. Mulai diekspor sejak 1987, saat ini Kijang didistribusikan ke lebih dari 30 negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Timur Tengah. Kijang juga membantu perkembangan industri dan perekonomian negara karena memiliki kandungan lokal yang terus meningkat.


Kijang Generasi Pertama
 Generasi Pertama 1977-1981 – Kandungan Lokal 19%
Kijang menjadi salah satu mobil pertama yang mempopulerkan penggunaan nama binatang. Setelah Kijang, lahir mobil-mobil lainnya yang menggunakan nama binatang seperti Zebra, Kuda, Panther dan lainnya. Padahal nama Kijang, sesungguhnya kependekan dari Kerjasama Indonesia Jepang. Kebijakan pemerintah yang tak ingin Indonesia hanya bisa menjadi importir kendaraan, melahirkan Kijang generasi pertama yang peluncurannya dilakukan di Pekan Raya Jakarta 1975. Disaksikan Presiden Republik Indonesia, Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, Kijang awalnya diproduksi sebagai kendaraan angkutan barang jenis pickup.


Sering dijuluki sebagai Kijang Buaya karena desain kap mesin yang besar hingga ke sisi bodi, sehingga kalau dibuka mirip seperti buaya yang sedang menganga. Dibangun dengan kode produksi KF-10, desain pickup ini sangat sederhana. Bahkan jendela tak memakai kaca, cuma ditutupi terpal. Engsel pintu yang mirip engsel pintu rumah zaman dulu berbunyi mendecit jika pintunya dibuka.
Posisi duduknya pun lumayan tidak keruan. Posisi pengemudi agak ke tengah dan tuas persneling yang sulit dijangkau. Meski begitu, mobil ini dibangun sebagai Basic Utility Vehicle (BUV) sebagai kendaraan dengan konsep serbaguna yang mudah dirawat. Kijang Buaya terjual puluhan ribu unit dan membantu pengembangan motorisasi otomotif di Indonesia melalui konsep Kendaraan Bermotor Niaga Serba guna (KBNS).


Kijang Buaya dibekali mesin tipe 3K milik Toyota Corolla yang berkapasitas 1,2 liter dengan transmisi manual 4-speed. Kandungan komponen lokal mobil yang diproduksi sejak 1977-1981 ini baru 19 persen.



Kijang Generasi Kedua
Generasi Kedua 1981-1986 – Kandungan Lokal 30%
Berganti generasi, Kijang mengalami peningkatan kualitas. Engsel pintu dipindahkan ke dalam sehingga terlihat lebih rapi dari luar. Pintunya juga sudah memiliki kunci. Jendela kini dilengkapi kaca bukan lagi terpal. Kap mesin tak lagi bertipe ‘buaya’ karena hanya atap kap mesinnya saja yang terangkat ketika terbuka. Mobil ini memiliki sapaan Kijang Doyok, sebutan yang diambil dari tokoh serial kartun pada harian Pos Kota.

Kijang Doyok mengalami penyempurnaan. Tampangnya diperbaiki jadi sedikit lebih tampan dibanding sebelumnya. Lampu depan tipe kotak tak lagi membulat. Logo ‘TOYOTA’ di kap mesin bagian depan, pindah ke grille depan. Intinya lebih enak dilihat ketimbang Kijang Buaya.
Di balik kulitnya, Toyota juga menyempurnakan komponen mekanis mobil ini. Suspensi masih memakai jenis double wishbone di bagian depan dengan per daun di bawah gardan untuk bagian belakang. Tapi transmisi manual 4-speed dan diferential mengalami penyesuaian. Lalu booster rem ditambahkan pada 1983. Di tahun yang sama, mesin tipe 5K yang berkapasitas 1,5 liter diperkenalkan.

Mulai saat inilah, Kijang Doyok lahir dalam bentuk minibus (MPV). Ada dua jenis : Family dan Commando. Mobil ini berubah fungsi sehingga dapat mengangkut 7-8 penumpang sekaligus. Namun pengerjaan bodi Kijang berjenis minibus bukan dilakukan Toyota. Melainkan perusahaan karoseri yang ditunjuk. Konon mobil berkode produksi KF20 ini terjual lebih dari 100 ribu unit selama lima tahun usia produksinya. Kandungan lokal mobil ini mencapai 30 persen atau meningkat dua kalinya dari Kijang generasi pertama.

 

Kijang Generasi Ketiga
Generasi Ketiga 1986-1997 – Kandungan Lokal 44%
Konsep Kijang sebagai kendaraan niaga mulai bergeser menjadi kendaraan penumpang sejak generasi ketiga. Resmi menjadi MPV, di masa inilah Kijang mengalami masa kejayaannya. Kijang berhasil menggeser dominasi minibus impor berhidung pesek seperti Mistubishi Colt L300, Suzuki Carry dan Daihatsu Zebra.

Teknologi Full Pressed Body yang minim dempul mulai diperkenalkan untuk Kijang generasi ketiga. Bobot kendaraan ditekan secara signifikan. Desainnya sekarang sedikit lebih melengkung hampir tanpa sudut yang tajam. Tampilannya lebih modern sukses mengantar Kijang generasi ketiga menjadi mobil yang sangat diminati konsumen Indonesia. Usia produksi mobil ini pun menjadi sangat panjang, lebih dari satu dekade lamanya.

Meski begitu, bukan berarti selama itu Toyota tak melakukan pengembangan pada mobil ini. Kode bodi berubah mulai dari tipe KF 40, KF 42, KF50 sampai KF52. Awalnya Toyota melempar dua tipe Kijang ke pasar, yaitu tipe Super Kijang dan Grand Extra. Itupun tersedia dalam beberapa varian, mulai dari Commando (4-pintu) ataupun Ranger (3-pintu). Proses pembuatan bodi mobil dengan mesin press dan metode las titik yang bebas dempul diperkenalkan sejak 1992. Logo ‘TOYOTA’ di bagian grille depan berganti lambang baru yang digunakan Toyota hingga sekarang.

Penyempurnaan tak hanya di bagian bodi. Mesinnya disempurnakan dan tenaganya bertambah dari 61,8 PS menjadi 63,8 PS. Pilihan transmisi manual 5-speed mendampingi transmisi manual 4-speed sebelumnya. Rem depan memakai jenis cakram bukan lagi drum. Perubahan kemudian dilakukan pada sistem kemudi rack & pinion dengan penambahan power steering. Gardan diperbaiki untuk mengurangi getaran. Posisi tangki bahan bakar dipindahkan ke bagian tengah dan posisi lamanya digantikan oleh ban serep. Ban sekarang juga membalut pelek jenis alloy bermerek Enkei.
Di balik kemudi, panel instrumen spidometer sekarang ditemani takometer (rpm). Kijang juga menjadi lebih kencang, bukan karena sekarang ada jarum penunjuk putaran mesin, tapi karena penggunaan mesin baru 7K yang berkapasitas 1,8 liter. Selain lebih kencang, Kijang generasi ketiga lebih nyaman dengan penyejuk kabin (AC) double blower.

Kijang Grand Extra

Varian Kijang pun berubah menjadi lebih banyak seperti LX, LSX, LGX untuk long wheel base, juga SX, SSX dan SGX yang memiliki bodi berdimensi lebih pendek. Selain tipe itu, ada juga beberapa tipe lain seperti Rover, Jantan, Kencana dan Raider yang bodinya diproduksi perusahaan karoseri lokal. Bahkan pada 1995 sampai 1996 lahir Kijang Soeharto Series sebagai peringatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia sekaligus 75 tahun Presiden RI ketika itu, Soeharto. Kijang generasi ketiga masih banyak beredar di jalanan Indonesia. Namun Kijang Limited Edition Soeharto Series sangat langka karena hanya diproduksi selama satu tahun saja.

Toyota Kijang Soeharto Series

Generasi ketiga Kijang menjadi mobil pertama yang membuka pintu ekspor kendaraan di 1987. Total Kijang ini diekspor ke sembilan negara, Brunei Darussalam hingga negara di kepulauan Pasifik seperti Fiji, Vanuatu sampai Salomon. Kijang dengan kandungan lokal 44 persen ini sukses menjadi salah satu komoditas yang diantar oleh kapal laut dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan mancanegara bersama komoditas ekspor lain seperti hewan ternak dan lainnya.

Untuk pemesana kijang, hubungi dealer toyota bandung, Toyota Utama

1 komentar: